
28 Februari 2025 — Seminar DCSE atau lebih dikenal DCSEminar dengan topik “Industrial Automation at Risk: Cybersecurity Challenges in Robotics and IoT” dibuka dengan sambutan pertama oleh Prof. Dr. Ir. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc., IPU, ASEAN Eng. Selanjutnya, kata sambutan berikutnya disampaikan Ketua Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika Bapak Wahyono, S.Kom, Ph.D., yang menyampaikan terima kasih kepada narasumber yang telah meluangkan waktu untuk berbagi wawasan pada sesi DCSEminar kali ini. Seminar ini merupakan bagian dari upaya Departemen Ilmu Komputer & Elektronika dalam memberikan pengetahuan tambahan kepada para mahasiswa di luar materi perkuliahan.
Prof. Jazi memulai sesi utama dengan membahas berbagai kasus umum terkait keamanan siber yang sering terjadi di Indonesia, termasuk serangan terhadap infrastruktur penting dan perusahaan besar. Beliau menyoroti pentingnya memahami konsep Industrial Automation yang melibatkan penggunaan sistem kontrol seperti robot, perangkat pintar, dan IIoT (Industrial Internet of Things). Dalam presentasinya, Prof. Shankar memberikan contoh nyata mengenai serangan siber pada robot di rumah sakit akibat celah keamanan yang tidak ditambal dengan baik. Ia juga membahas serangan ransomware yang melumpuhkan robot pemerah susu hingga mengakibatkan kematian ternak, hal ini menjadi peringatan serius bagi sektor pertanian dan peternakan yang semakin berkembang dan mulai mengandalkan teknologi otomatisasi. Selain itu, sektor energi juga mengalami tantangan yang sama, di mana sistem kontrol industri dapat menjadi sasaran peretas yang berusaha mengubah pasokan energi dan menciptakan ketidakstabilan.
Salah satu kasus yang dibahas secara mendalam adalah serangan Stuxnet pada fasilitas pengayaan nuklir Iran. Kasus ini menunjukkan bagaimana malware dapat menyusup ke dalam sistem kontrol industri yang sangat tertutup, menyebabkan kerusakan fisik signifikan tanpa perlu intervensi dari manusia secara langsung. Studi kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi berbagai industri yang mengandalkan sistem otomatisasi, terutama dalam hal penerapan langkah-langkah keamanan siber yang lebih ketat. Tantangan dalam mengamankan otomasi industri juga dibahas, termasuk risiko pada rantai pasok akibat komponen dari vendor pihak ketiga yang bisa saja memiliki celah keamanan tersembunyi. Selain itu, banyak perusahaan masih menggunakan sistem lama yang tidak diperbarui, menjadikannya rentan terhadap eksploitasi. Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah protokol komunikasi yang sering kali tidak memiliki enkripsi yang kuat, membuatnya rentan untuk disusupi oleh serangan man-in-the-middle. Kesadaran terhadap keamanan siber di sektor OT (Operational Technology) juga menjadi sorotan utama, mengingat masih banyak engineer yang lebih memprioritaskan uptime sistem dibandingkan aspek keamanan.
Sesi diskusi berlangsung dan mencakup berbagai pertanyaan menarik dari para peserta, yang mencerminkan ketertarikan mereka terhadap isu keamanan siber dalam berbagai bidang. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana memastikan keamanan siber dalam proyek IoT seperti sistem smart home, mengingat semakin banyak perangkat rumah tangga yang terhubung ke internet dan berpotensi menjadi target peretasan. Selain itu, ada juga pertanyaan mengenai riset dalam bidang biometrik perilaku dan bagaimana teknologi ini dapat diterapkan pada keamanan siber untuk mengidentifikasi aktivitas mencurigakan dengan lebih akurat.
Prof. Jazi juga mengajukan pertanyaan mengenai implementasi smart city yang aman dari ancaman siber, terutama dalam hal perlindungan data pribadi dan infrastruktur publik yang terkoneksi secara digital. Selain itu, peserta membahas tentang Mirai Botnet dan alasan mengapa botnet ini sulit dimitigasi, mengingat Mirai menjadi salah satu ancaman siber paling umum di Indonesia dan sering kali berevolusi untuk menghindari deteksi. Tren masa depan dalam keamanan otomasi industri juga dibahas secara mendalam, termasuk tantangan dalam penerapan Federated Learning berbasis IDS untuk mendeteksi Mirai Botnet dalam jaringan IoT yang terdistribusi. Para peserta juga tertarik untuk mengetahui apakah ada ruang untuk peningkatan sistem IDS (Intrusion Detection System) selain dari sisi akurasi, terutama dalam hal efisiensi dan kemampuan deteksi serangan yang lebih cepat.
Selain sesi utama oleh Prof. Shankar, seminar ini juga menampilkan narasumber Rico yang mewakili Malik Khidir sebagai Direktur dari PT Stechoq Robotika Indonesia. Rico menjelaskan berbagai pencapaian dalam bidang robotika, termasuk inovasi teknologi yang telah mereka kembangkan untuk membantu industri nasional. Salah satu pencapaian yang menarik adalah pengembangan ventilator ICU pertama karya anak bangsa. Rico menegaskan bahwa kolaborasi adalah kunci mereka sebagai sebuah startup awal hingga mampu sampai pada tahap seperti saat ini. Seminar ini kemudian ditutup dengan sesi QnA yang interaktif, di mana para peserta diberikan kesempatan untuk menggali lebih dalam mengenai tantangan dan solusi dalam keamanan siber di sektor industri.
Seminar ini sejalan dengan beberapa capaian Sustainable Development Goals (SDG), terutama dalam mendukung Industry, Innovation, and Infrastructure (SDG 9) dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang keamanan siber dalam otomasi industri. Selain itu, diskusi mengenai mitigasi serangan siber pada infrastruktur penting juga berkontribusi terhadap Sustainable Cities and Communities (SDG 11), mengingat pentingnya perlindungan sistem energi dan smart city dari ancaman digital. Dengan adanya pemaparan tentang inovasi dalam teknologi keamanan siber, seminar ini turut berkontribusi terhadap Decent Work and Economic Growth (SDG 8) dengan mendorong pengembangan teknologi lokal, seperti yang dilakukan oleh PT Stechoq Robotika Indonesia, yang dapat meningkatkan daya saing industri nasional. Melalui kolaborasi akademisi, praktisi, dan mahasiswa, acara ini tidak hanya menambah wawasan tetapi juga memperkuat upaya global dalam menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan berkelanjutan.
– – – –
Penulis : Furqan
Editor : alukman
TAG: #SDGs8, #SDGs9, #SDGs11
SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi | SDG 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur | SDG 11: Kota dan Permukiman Yang Berkelanjutan