
Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin berkembang dan memberikan dampak besar dalam berbagai bidang, termasuk dalam pelestarian budaya. Salah satu inovasi terbaru adalah penggunaan AI untuk mengenali dan mengklasifikasikan motif batik secara otomatis. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ahmad Rizki Maulana, mahasiswa Prodi Magister Ilmu Komputer, dengan bimbingan Prof. Suprapto dan Dr. Dyah Aruming Tyas, menunjukkan bahwa kombinasi teknologi Multi-Texton Co-Occurrence Descriptor (MTCD) dan Binarized Statistical Image Features (BSIF) mampu meningkatkan akurasi pengenalan motif batik secara signifikan. Hasil penelitian ini akan diterbitkan dalam jurnal internasional Journal of Applied Data Sciences yang terindeks Scopus Q4 dengan judul Classification of Batik Motifs Using Multi-Texton Co-Occurrence Descriptor and Binarized Statistical Image Features.
Dataset yang digunakan pada penelitian ini adalah dataset Batik Nitik 960, yang berisi 960 gambar motif batik nitik (Gambar 1). Batik Nitik merupakan salah satu jenis batik khas Yogyakarta yang dikenal dengan pola geometris kecil yang membentuk motif lebih besar. Motif ini berasal dari teknik pencantingan halus yang menghasilkan efek titik-titik kecil, menyerupai anyaman kain tenun. Batik Nitik menjadi tantangan tersendiri dalam proses klasifikasi otomatis karena karakteristiknya yang detail dan berulang.
Gambar 1. Motif batik nitik (sumber: https://www.mdpi.com/230c-572S/8/4/c3 )
Penelitian ini menerapkan kombinasi metode MTCD dan BSIF. Model yang dikembangkan berhasil mencapai tingkat akurasi hingga 99,948%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan metode MTCD yang mencapai 95,729% atau BSIF yang mencapai 99,531% secara terpisah. Keunggulan dari metode ini terletak pada cara MTCD dan BSIF mengekstraksi fitur dari gambar batik. MTCD unggul dalam menangkap detail halus dari motif batik, sementara BSIF mampu mengenali pola yang lebih besar dan kasar. Dengan menggabungkan kedua teknik ini, sistem AI dapat mengidentifikasi motif dengan lebih akurat dan efisien.
Selain menjadi kemajuan dalam bidang teknologi, inovasi ini juga berperan penting dalam upaya pelestarian batik. Dengan adanya sistem otomatis ini, motif-motif batik yang kurang dikenal atau hampir punah dapat terdokumentasi dengan lebih baik. Para pengrajin batik pun dapat terbantu dalam mengidentifikasi motif secara lebih cepat dan memastikan keaslian desain yang diwariskan turun-temurun.
Inovasi ini juga selaras dengan beberapa tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Dari segi industri kreatif, teknologi ini mendukung pengembangan sistem produksi berbasis teknologi yang lebih inovatif dan efisien, sejalan dengan SDG 9 tentang pembangunan industri dan infrastruktur yang berkelanjutan. Di sisi lain, pemanfaatan AI dalam pelestarian batik juga berkontribusi dalam menjaga warisan budaya dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya identitas lokal, yang mendukung SDG 11 tentang kota dan komunitas berkelanjutan.
Peluang bagi industri batik untuk semakin mengadopsi teknologi AI kini semakin terbuka. Penerapan sistem otomatis dalam kontrol kualitas, inventarisasi motif, hingga pembuatan katalog digital berbasis AI dapat menjadi langkah maju bagi industri batik dalam menghadapi tantangan di era digital. Dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut, harapannya batik tidak hanya tetap lestari, tetapi juga semakin dikenal di kancah global sebagai warisan budaya yang mampu beradaptasi dengan zaman.
– – – –
Penulis: Ahmad RM, Dyah AT
Editor: Suprapto
TAG: #AI #BatikNitik #UGMInovasi #SDGs9 #SDGs11